Rabu, 01 Februari 2012

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Haji Wada', Haji Perpisahan (1)


REPUBLIKA.CO.ID, Begitu orang mengetahui bahwa Nabi SAW telah menetapkan akan pergi haji dan mengajak mereka ikut serta, tersiarlah ajakan itu ke segenap penjuru semenanjung.

Beribu-ribu orang datang ke Madinah dari segenap penjuru: dari kota-kota dan dari pedalaman, dari gunung-gunung dan dari sahara, dari seluruh pelosok tanah Arab yang membentang luas.

Di sekitar kota Madinah sudah pula dipasang kemah-kemah untuk 100.000 orang atau lebih, yang datang memenuhi seruan Nabi SAW. Mereka datang sebagai saudara untuk saling mengenal satu sama lain. Mereka dipertalikan semua oleh rasa kasih sayang, oleh keikhlasan hati dan ukhuwah islamiyah.

Berkumpulnya kaum Muslimin itu menggambarkan adanya suatu kebenaran yang telah mendapat kemenangan, nur Ilahi telah tersebar luas, yang membuat mereka semua teguh bersatu seperti sebuah bangunan yang kukuh.

Pada tanggal 25 Zulka'dah tahun ke-10 Hijrah, Nabi berangkat dengan membawa semua istrinya. Beliau berangkat dengan diikuti jumlah manusia yang begitu melimpah—penulis-penulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat dipersatukan oleh iman, hati mereka diliputi kegembiraan dan keikhlasan, menuju ke Baitullah yang suci. Mereka hendak menunaikan kewajiban ibadah haji besar.

Ketika mereka sampai di Dzul Hulaifa, mereka berhenti dan tinggal selama satu malam di sana. Keesokan harinya, ketika Nabi sudah mengenakan pakaian ihram, kaum Muslimin yang lain juga memakai pakaian ihram. Mereka semua berjalan dengan pakaian yang sama. Dengan demikian, mereka telah melaksanakan suatu persamaan dalam arti yang sangat jelas.

Dengan seluruh kalbunya, Rasulullah SAW menghadapkan diri kepada Allah dengan  mengucapkan talbiyah yang diikuti pula oleh kaum Muslimin dari belakang: "Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la syarika laka labbaika... (Kupenuhi panggilan-Mu, ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, kupenuhi  panggilan-Mu...)."

Tatkala rombongan itu sampai di Sarif—suatu tempat antara jalan Makkah dengan Madinah—Rasulullah SAW berkata kepada para sahabatnya, "Barangsiapa diantara kamu tidak membawa binatang kurban dan ingin menjadikan (ihram) ini sebagai umrah, lakukanlah! Tetapi yang membawa binatang kurban jangan!"

Ketika jamaah haji sudah sampai di Makkah pada hari keempat Dzulhijjah, Nabi cepat-cepat menuju Ka'bah diikuti oleh kaum Muslimin yang lain. Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad dan menciumnya, lalu berthawaf di Ka'bah sebanyak tujuh kali. Pada tiga kali yang pertama, beliau berlari-lari seperti yang dilakukan pada waktu Umratul Qadza.

Setelah melakukan shalat di Maqam Ibrahim, beliau kembali dan sekali lagi mencium Hajar Aswad. Kemudian beliau keluar dari masjid itu menuju ke sebuah bukit di Shafa, lalu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwa.

Sementara kaum Muslimin sedang menunaikan ibadah haji, Ali bin Abi Thalib pun kembali dari ekspedisinya ke Yaman. Ia sudah pula mengenakan pakaian ihram sebagai persiapan pergi haji setelah diketahuinya bahwa Rasulullah memimpin jamaah berhaji. 

Pada hari kedelapan Dzulhijjah, yaitu Hari Tarwiyah, Rasulullah pergi ke Mina. Selama sehari itu, sambil melakukan kewajiban shalat, beliau tinggal dalam kemahnya itu. Begitu juga malamnya, sampai pada waktu fajar menyingsing pada hari haji. Selesai shalat Subuh, dengan menunggang untanya (Al-Qashwa') tatkala matahari mulai tersembul, beliau menuju Gunung Arafah. Arus-manusia dari belakang mengikuti beliau.


dari REPUBLIKA.co.id laman  Dunia Islam : rabu 1 Peb 2012