Selasa, 21 Februari 2012

MENDIDIK ANAK CARA LUQMANUL HAKIM



Apa Luqman kata, Allah telah menceritakan dalam Quran Surah Luqman ayat 13-19, lihat:
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasihat kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar ….. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.


Apa yang perlu anda faham ?
 Luqman yang dimaksud dalam ayat-ayat ini menurut Ibnu Katsir adalah Luqman bin Anqa’ bin Sadun. Ia adalah anak dari seorang bapak yang Tsaaran. Pengabadian kisah Luqman memang berbeda dengan pengabdian tokoh lain yang lebih komprehensif. Pengabadian Luqman hanya berkisar seputar nasehat dan petuanya yang sangat layak dijadikan acuan dalam mendidik anak secara Islam.
Tentu masih banyak lagi cara Islam dalam mendidik anak berdasarkan ayat-ayat atau hadits Rasulullah saw yang lain. Namun paling tidak, pesan Luqman ini bukan sekadar pesan biasa umumnya seorang bapa kepada anaknya, namun merupakan pesan yang penuh dengan sentuhan kasih sayang dan penuh dengan muatan idealogi serta tersusun berdasarkan keutamaan.

Bermula dari pesan agar:
a.       Mengesakan Allah
b.      Tidak menmpersekutukannya
c.       Bersikap tawadu’ dan santun yang tercermin dalam cara berjalan dan berbicara.
Kedua jenis pesan dan nasehat tersebut ternyata tidak keluar dari dua prinsip utama dalam ajaran Islam iaitu ajaran tentang akidah dan akhlak. Ini konsep pendidikan Luqman yang paling penting dan perlu di contohi.
Menurut Sayid Quthb, rangkaian ayat-ayat yang membincangkan tentang Luqman dan nasihatnya yang diawalkan dengan anugerah hikmah kepada Luqman di ayat 12 merupakan pembahasan kedua dari pembahasan surah Luqman yang masih sangat berkaitan dengan pembahasan episod pertama, iaitu persoalan akidah.
Pesan Luqman sendiri pada asasnya adalah pesan akidah yang memiliki beberapa maksud; di antaranya berbakti dan berbuat kebaikan kepada kedua orang tua sebagai bukti rasa syukur atas kasih sayang dan pengorbanan mereka merupakan tuntutan atas akidah yang benar kepada Allah swt. Sentiasa merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap langkah dan perbuatan merupakan gambaran sebenar dari keyakinan akan sifat Allah Yang Mengetahui, Maha Mendengar dan Maha Mengawasi.
Kemudian dari segi menjalankan kerja amar makruf dan nahi munkar yang disertai dengan sikap sabar dalam menghadapi segala rintangan dan tentangan merupakan bukti akan kekuatan iman yang bersemayam di dalam hati sanubari, hingga pada pesan untuk sentiasa bersikap tawaduk dan tidak sombong, baik dalam tingkah laku mau pun dalam bercakap. Semuanya tidak lepas dari ikatan dan tuntutan akidah yang benar.
Pembahasan tentang akidah dalam surah ini memang wajar kerana surah Luqman termasuk surah Makkiyyah yang memberi fokus pada penanaman dan memperkuatkan akidah secara utama..

Siapa Luqman alhakim.
Terdapat banyak pendapat siapa Luqman,  apakah ia seorang nabi atau ia hanya seorang lelaki soleh yang diberi ilmu dan hikmah, yang jelas jumhur ulama lebih cenderung memilih pendapat yang mengatakan bahwa ia hanya seorang hamba yang soleh dan ahli hikmah, bukan seorang nabi seperti yang diperkatakan oleh sebagian ulama. Gelaran Al-Hakim di akhir nama Luqman tentu gelaran yang tepat untuknya sesuai dengan ucapannya, perbuatan dan sikapnya yang memang menunjukkan sikap yang bijaksana. Allah sendiri telah menganugerahnya hikmah seperti yang ditegaskan dalam ayat sebelumnya: Lihat ayat 12 ;
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji“. (Luqman: 12)
Yang menarik disini bahawa Luqman bukanlah seorang yang terkenal atau memiliki pengaruh. Ia hanya seorang hamba Habasyah yang berkulit hitam dan tidak punya kedudukan sosial yang tinggi di dalam masyarakat. Namun hikmah yang diterimanya menjadikan ucapannya dalam bentuk pesan dan nasihat layak untuk diikuti oleh seluruh orang tua tanpa terkecuali. Hal ini terungkap dalam riwayat Ibnu Jarir bahwa seseorang yang berkulit hitam pernah mengadu kepada Sa’id bin Musayyib. Maka Sa’id menenangkannya dengan mengatakan: “Janganlah engkau bersedih (berkecil hati) karena warna kulitmu hitam. Sesungguhnya terdapat tiga orang pilihan yang kesemuanya berkulit hitam, yaitu Bilal, Mahja’ maula Umar bin Khattab dan Luqman Al-Hakim”.
Demikian nasihat dan pesan Luqman dalam mendidik anaknya yang didahului oleh pendidikan akidah tentang keEsaan Allah dan pengetahuanNya yang hebat yang akan melahirkan sikap hamba Allah, rendah diri, hati-hati dan muraqabatuLlah dalam bersikap dan bertindak. Kekuatan dan kemantapan akidah tersebut akan bertindak balas dalam berakhlak dan berperilaku kepada orang lain, terutama sekali terhadap kedua orang tua. Sungguh satu upaya yang serius dari seorang Luqman yang bijak untuk mendekatkan dan memperkenalkan seorang anak sejak dini dengan Penciptanya yang menampak pada kebaikan dan kesejahteraan lahir dan batin, serta menjadikannya memiliki tingkat pertahanan dan pertahanan diri yang kukuh bagi menhadapi bermacam godaan kehidupan yang dirasa kian melalaikan dan menjerumuskan.

Ringkasnya ialah:
1.      Menjadi anak yang beriman pada Allah dengan sebaik-baik mungkin
2.      Menjadi anak yang hormat dan taat pada ibubapanya
3.      Berbuat baik pada masyarakat
Allahu a’lam.