Kamis, 05 September 2013

KISAH KARPET


Alkisah ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan berbelanja, cucian, makan, kebersihan, dan kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapi, bersih, dan teratur. Dan suami serta anak2nya sangat menghargai pengabdiannya itu. 


Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet dirumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu diatas karpet, dan suasanatidak enak akan berlangsng seharian. Padahal dengan 4 anak laki-laki dirumah, hal ini mudah sekali terjadi dan menyiksanya. 

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog, dan menceritakan masalahnya. 

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, sang psikolog tersenyum dan berkata kepada sang ibu. "Ibu bisa tutup mata Ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan". Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah Ibu yang rapi dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan Ibu?" 

Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah. Mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Sang psikolog melanjutkan, "Itu artinya tidak ada seorangpun dirumah ibu. Tak ada suani, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka." "Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". 

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. 

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu dan kotoran di disana, artinya suami dan anak-anak Ibu ada dirumah. Orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Sang Ibu mulai tersenyum kembali, merasa nyaman dengan visualisasi tersebut. "Sekarang bukalah mata Ibu", Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat Ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

 "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

 Sejak saat itu, sang Ibu tidak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu keluarga yang dikasihinya ada dirumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar