Senin, 15 November 2010

Sekolah Jangan Tinggalkan Keindonesiaan

BAHASA INDONESIA

Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu
Jumat, 12 November 2010 | 10:00 WIB

ILUSTRASI: Sekolah tidak serta-merta mengubah bahasa pengantar di sekolah dengan bahasa Inggris atau dua bahasa.

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah mesti mampu menumbuhkan sikap bangga pada ke-Iindonesia-an dalam diri semua siswa. Upaya sekolah ini bukan untuk membuat siswa bersikap antipati pada hal-hal asing, tetapi lebih pada pendidikan untuk membuat generasi muda bangsa tidak kehilangan identitas kekhasannya sebagai anak-anak bangsa Indonesia.
Yang mesti difokuskan sekolah adalah membuat anak didik berkarakter dan disiplin berbahasa yang baik sebagai bekal menguasai ilmu pengetahuan, termasuk bahasa asing.
-- E Baskoro Poedjinoegroho
Bangsa ini seharusnya punya optimisme akan mampu sejajar dengan negara-negara lain di dunia dengan sumber daya alam, budaya, dan sosial yang dimiliki. Dengan demikian, Indonesia tidak perlu merasa rendah diri untuk tetap mengedepankan ke-Indonesia-an di era globalisasi sekarang.
"Jadi, sekolah tidak usah sibuk membuat siswanya jago berbahasa asing, sebut saja bahasa Inggris. Yang mesti difokuskan sekolah adalah membuat anak-anak didik berkarakter dan memiliki disiplin berbahasa yang baik sebagai bekal untuk menguasai ilmu pengetahuan, termasuk juga bahasa asing," kata E Baskoro Poedjinoegroho, Pembina Kolese Kanisius di Jakarta, Kamis (11/11/2010) kemarin.
Baskoro menyatakan, sekolah dan masyarakat telah menanamkan paradigma yang keliru bagi generasi muda dengan menempatkan hal-hal yang berasal dari luar negeri, khususnya dunia barat, sebagai tanda kemajuan dan internasional. Sementara itu, nilai-nilai ke-Indonesia-an, yang salah satunya bangga berbahasa Indonesia, semakin luntur.
"Anak-anak sekarang merasa lebih keren kalau jago ngomong bahasa Inggris. Sementara kemampuan berbahasa indonesia justru dipelajari alakadarnya. Bahkan, banyak siswa yang merasa tidak senang dengan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ini kan aneh. Tetapi lingkungan sekeliling mereka juga memang lebih menghargai yang berbau asing daripada yang khas Indonesia," jelas Baskoro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar